asal-usul dukuh Penagon, Nalumsari, Jepara

Nama               : Anis Miladia Ashfa
Prodi               : Pendidikan Agama Islam
Instansi            : UNISNU Jepara
Mata Kuliah    : Teknik Penulisan Karya Ilmiah Populer
Tugas               : Menulis Sejarah Desa Kelahiran

MBAH NDORO SAYYID THOYYIB THOHIR TUNJUNGSARI
            Penagon, banyak orang yang belum mengetahui dukuh penagon. Di manakah sebenarnya dukuh tersebut berada? Mau tau?Penagon adalah sebuah dukuh kecil yang berada di daerah Jepara bagian timur yang berbatasan dengan Kudus ikutkecamatan Nalumsari desa Nalumsari bagian barat tempatnya dukuh penagon.
            Menurut orang-orang setempat dukuh penagon asal muasalnyasejarahnyaadalah seorang habib keturunan arab (ba’alawi) sampai Rasulullah saw yaitu mbah Sayyid Thoyyib Thohir. Beliau adalah pendatang yang berkelana berjuang menyebarkan agama islam di bagian utara, setelah lelah beliau singgah di suatu tempat (penagon) sampai menjadi peristirahatan terakhir penduduk setempat memanggil dengan sebutan ”Mbah Ndoro Sayyid Thoyyib Thohir Tunjungsari” konon tunjungsari adalah predikat yang disandang sebagai prajurit penting zaman perjuangan melawan penjajah.
            Bapak Ustadz Nor Amin Al Hafiz menyebutkan bahwa tunjungsari adalah kelompok nama pejuang seperti nama-nama cikal bakal yang ada disekitar penagon (nalumsari, muryolobo, ngetuk, gemiring dll) ada yang mengatakan tunjungsari adalah nama istri beliau. Ada yang mengatakan yaitu beliau Kh. Anwar Pedak (almarhum)bahwa Assayyid Thoyyib Thohir seorang pejuang diponegoro yang bertugas di daerah bagian utara keterangannya diambil dari buku pejuang diponegoro yang telah diambil belanda di daerah Pedak Klumpit Kaliwungu Kudus. Waktu itu belanda sangat anti kepada para kyai ulama, apalagi dengan orang-orang arab, mendegar nama arab saja sangat benci dan memusuhinya karena itu orang-orang arab dulu menyembunyikan namanya dengan mengganti nama jawa ala keraton dan lain sebagainya.
            Di buku yang di tulis oleh Bapak ustadz Nor Amin Al Hafiz tulisan tentang manaqib (sejarah) ”Assayyid Thoyyib Thohir dan Kh. Syamsuri Penagon” buku kecil ini tersusun atas dorongan dari sebagian kaum muslimin masyarakat setempat terutama para muhibbin (pecinta habaib dan ulama’)  bahwa kita bisa memahami dengan namanya yang banyak memberi arti. tapi istilah Assayyid di jawa khusus nya identik dengan keturunan rasulullah saw. kalau Thoyyib artinya bagus thohir artinya suci bersih lahir bathinnya. Paling tidak cinta suasana lingkungan yang indah dan bersih menjadi suri tauladan kepada anak cucu dan pecintanya.      Mbah Sayyid Thoyyib Thohir yang telah berhasil memperoleh tempat dengan ijin Allah, dengan usaha yang serius.Yaitu dengan menggunakan bahasa jawa “ngepen”  dan “enggon” yang artinya tempat, dua kata tersebut diringkas menjadi satu kata menjadi nama “Penagon” ini tersirat dalam ayat alqur’an وانلواستقامواعلىالطريقةلأسقيناهمماءغدقا (الجن   /16/ 29 artinya: Dan bahwasanya jikalau mereka tetap berjalan lurus diatas jalan itu(islam)maka benar-benar akan kami  beri air yang segar(rizqi yang halal banyak dan berkah).    
            Dengan perjuangannya disertai ahlak yang mulia (bil hikmah wal mauidhotil hasanah) halus budi tutur kata yang merasuk kerona hati terpancar sifat-sifat keluhuran dan kewibawaan (haibah/kharismatik) sehingga perjuangan nya mudah diterima masyarakat jawa yang masih kedalam (kolot). Semua mengikuti jejak perjuangan para wali songo mengikuti adat istiadat yang berlaku tidak mudah menghapus tapi mengisi dan menerapkan adat yang kurang pas dalam syari’at islam menjadi yang islami contoh sajen yang di persembahkan orang-orang dulu untuk jin atau dayang atau kibuyut penunggu daerah, diganti dengan bersedekah dipunden untuk mengirim arwah para leluhur mereka (ahli qubur) dan memberi istilah wajib kepada tukang kebersihan qubur yang menjaga dan membersihkan makam sebagai sedekah sunnah. Inilah perjuangan tanpa menyinggung perasaan orang lain tapi mengena sasaran yang perlu di jaga dan di lestarikan para anak cucu yang ditinggalkan.
            Dengan memakai pakaian adat jawa mbah Sayyid mudah bergaul dengan orang jawa desa kalau dengan pakaian orang arab maka bisa jadi orang desa itu kaget atau asing  menerimanya. Dengan sifat luhur budi dan pakaian adat jawa sekaligus menutupi maqom wilayahnya (kewalian) sebagai orang yang punya keramat beliau mengasihi dan menjaga kepada orang awam supaya tidak ada pengkultusan terhadap beliau yang umumnya orang awam.
           


Comments